Sunday 24 November 2013

LAYANG CAANGNA HIRUP

Seratan ieu pikeun sakabéh manusa anu butuh kana didikan jeung atikan hiji élmu pikeun nganyahokeun makna-makna jeung omongan anu ngandung hikmah. Sarta panungtun supaya éta manusa téh bisa paham kana bebeneran jeung jadi pinter. Gunana ogé pikeun nangtungkeun kaadilan jeung kajujuran kana dirina. Muka kana kapinteran diri pikeun manusa nu pinuh ku pangalaman jeung panemu jeung ngajarkeun kawijakan pikeun anu ngarora. Muga-muga jadi hiji kahadéan, di mana nu aranom gé diajar kana bab kawijakan diri jeung meunang bahan babandingan anu hadé pikeun ngarti jeung ngahartikeun dina babngajalankeunn hirupna anu pinuh ku rupa-rupa pasualan. Muga-muga paribasa jeung siloka manusa nu wijak ieu bisa nungtun balaréa ka jalan anu dipikaridho ku dirina jeung Gustina, sieun kana salah jeung hayang manggih anu bener. Manusa nu bodo moal beuki kana mikir jeung ngahinakeun kana jalan nu bener. Moyok kana didikan diri. Sarua jeung mopohokeun kana nu aya dina jero dirina nyaéta hiji rasa nu mulya. Pinuh ku lautan élmu jeung ma’rifatna diri nu hakiki. Saeutik kudu mahi loba kudu nyésa, mun mahi pikeun diri aya nyésa pikeun sasama, nyanggakeun sadaya-daya teu rék ngaku teu rék ngaboga-boga, mun dekil sing manggih cai, mun lapar sing manggih dahareun, galah cedek papas runcing moal rék leuleuwiheun, mun ala kadarna caang damar sing jadi panggeuing kundangeun urang saréréa, ulah nafsu diakhératna ulah nafsu di alam dunyana, salamet sakawasana langgeung salalawasna atining hurip.

Cag.

Sydney b25 Nopember 2013.
Ki Dr. H. Ihwan Natapradja.

Friday 8 November 2013

BAHASAN HIJAB - Bagian 3

III. MENYINGKAP HIJAB HATI

Salah satu cara untuk menyingkap hijab hati adalah dengan:
1) Menuntut dan mengamalkan Ilmu, orang berilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah s.w.t.: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al Mujadilah, 58:11)

2) Memerangi hawa nafsu
Hati harus selalu dikuasai oleh ingat kepada Allah, niscaya akan lepas dari pengaruh setan. Jika nafsu sudah mengalahkan hati, maka ia dapat mengahalau hakikat dzikir, mengeluarkannya dari substansi hati. Akhirnya hati menjadi kosong untuk kemudian dikuasai oleh hawa nafsu. Hati orang yang takwa bebas dari hawa nafsu.

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Yunus, 10:53)

3) Tidak berbuat syirik:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan (Allah) mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(Q.S. An Nisa’, 4:48).

4) Mendekatkan diri dengan Allah.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntung.
(Q.S. Al Maidah: 35)

IV. HIJAB ANTARA ALLAH DAN MANUSIA

1. Terhijab Kegelapan Murni: orang yang demikian disebut Mulhid atau Atheis, mereka tidak beriman kepada Allah dan mengutamakan kehidupan dunia di atas kehidupan akhirat. Mereka Tidak memiliki pengetahuan pencerapan kesadaran dirinya atau gambaran tetang dirinya mengalami kehidupan hewani

Orang yang demikian antara lain:
a. Memenuhi dirinya dengan ambisi, nafsu, kesenangan.
b. Memenuhinyan dengan kekuatan, arogansi.
c. Senang akan kakayaan, kemakmuran dan kebendaan.
d. Senang akan kemasyhuran, kepopuleran.

Firman Allah:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Q.S. Al Furqan, 25:43)

2. Terhijab Cahaya dan Kegelapan: orang yang demikian terhijab panca-inderanya, khayalinya dan akalnya baik oleh cahaya ilahi yang bercampur dengan kegelapan. Mereka berperilaku atau sebagai Penyembah Berhala, Penyembah Keindahan, Penyembah Benda, Penyembah Cahaya, Penyembah Cahaya & Kegelapan 

KEGELAPAN DARI PANCA INDERA antara lain:
a) Penyembah berhala: mereka yang membuat tuhan sendiri, membuat sesembahan sendiri, seperti patung, arca, benda-benda berbentuk makhluk lainnya.
b) Penyembah keindahan: mereka yang menyembah, makhluk ciptaan Allah seperti: pohon, bunga-bunga, gunung, sungai, batu dlsb.
c) Penyembah Benda, maksudnya benda yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia, misalnya : Astrologi.
d) Penyembah Cahaya: mereka yang meyembah matahari, bulan, bintang dan sebagainya.
e) Penyembah cahaya dan kegelapan: menduakan Tuhan.

Firman-firman Allah mengenai hal ini antara lain:
Dan (begitu pula) Aku memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur'an) pada permulaannya, dan Aku biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Q.S. Al An’am, 6:110)

Dan Allah-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.(Q.S, Al Mu’minun, 23:78)

Mereka itulah orang-orang yang dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.(Q.S. Muhammad, 47:23)

KEGELAPAN DARI KHAYALI
a) Mujassimah, maksudnya orang yang mewujudkan Tuhan.
b) Karramiyah, mereka yang menafsirkan atau menganggap Tuhan secara Harfiah.


3. Terhijab Cahaya Murni/Cahaya Ilahi.
a) Orang yang mengetahui makna siffat Allah s.w.t., seperti kalam, wadah, qudrat dan ilmu tetapi enggan mendefinisikannya, hanya ingin mentafrikan saja.
b) Orang yang lebih maju dan tingkatannya lebih tinggi adalah yang mengetahui bahwa adanya malaikat penjaga, pendamping dan penyaksi utusan Allah.
c) Orang yang tingkatnnya setinggkat lebih tinggi lagi yaitu yang menghambakan dirinya dan pelayanan ibadahnya kepada Allah.
d) Orang yang terbakar oleh cahaya Allah, mereka sampai pada peringkat akhir akan tetapi melupakan diri sendiri sebagai hamba Allah.
e) Mereka ini tertutup indera, khayali dan akalnya, enggan mendefinisikan secara langsung,

Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan daripada-Nya. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.(Q.S. Al Qasas :88).

1. Mereka itu orang yang kesimpulan akalnya salah dan perkiraan analogisnya keliru serta diliputi kegelapan.

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (Q.S. At Taubah, 9:32)

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah, bagaimana Aku berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Ku), kemudian mereka tetap berpaling (juga). (Q.S. Al An’am, 6:46)

Dan sesungguhnya Aku telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Aku belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Aku telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. 
(Q.S. Al Ahqaf, 46:26).

V. TINGKATAN PEMAHAMAN MANUSIA 

Untuk menghilangkan hijab tadi ada tiga tingkatan manusia yaitu mereka yang hanya mengetahui zhahir saja, tidak mengetahui makna batiniyah dan yang insan kamil.

1. Insan Kamil yaitu manusia sempurna yang cahaya ilmunya tidak menyebabkan padamnya ketulusan (waka’) sikapnya di hadapan Allah s.w.t. Mereka tidak melampaui batasan apapun di antara batasan-batasan syariat.
2. Hasyawiyah, orang yang tidak mengetahui makna bathiniyah yaitu rahasia di balik sesuatu.
3. Bathiniyah, mereka yang hanya mengetahui segala yang zhahir atau nyata (kongkrit) saja.
Firman Allah: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan (Allah) memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Al Nahl, 16:78).

VI. HIJAB AKAL

1. Khayal
2. Prasangka yang keliru.

Salah satu hijab akal antara lain dengan melemparkan khayalan ke dalam hati, khayalan tetang Allah s.w.t. yang berupa khayalan-khayalan yang tidak mungkin melekat pada diri Allah, sehingga dapat menjadikan ia kafir atau akhli bid’ah. Ia mengira bahwa khayalan-khayalan tersebut adalah bentuk ma’rifat dan persaksian dengan mata hatinya, ia mengira bahwa ketersingkapan itu adalah berkat kecerdasan dan kelebihan akalnya.

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Rabbana, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin". (Q.S. Al Ahzab, 32:12).

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Aku singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Q.S. Qaf, 50:22)

Semoga bermanfaat
.
Sydney, 6 Nopember 2013
Ki H. Dr. Ihwan Natapradja.



Tuesday 5 November 2013

GUGURITAN: "MAPAG MUHARAM"

Duh Muhammad, kumaha paraosan pangerea sabada 13 taun dakwah tapi ditolak di lembur kuanjeun malahan dihina ku para karabat?

Duh Muhammad, 13 taun ngemban amanah ari nu kahontal mung saurang murid sareng ayana ancaman nu rék ngarogahala, naha teu ngaraos gagal?

Ya Muhammad, jungjunan abdi sadaya, naha teu kuciwa salami 13 taun seueur jalmi anu nolak risalah tibatan tumut ka pangeresa?

Ya Muhammad, panutan abdi sadaya, naha kénging abdi neuleuman qolbu pangeresa nalika rerencepan miang ka Madinah? Kumaha paraosan pangeresa harita?

Aduh Muhammad. Naon anu diraraoskeun ka pangeresa nalika miang ngantunkeun sadérék anu nuju kulem tibra dina ranjang nganggo simbut pangeresa? Kumaha pinasibeun Ali?

Ya Muhammad, naha émut pangeresa badé meuntasan padang-keusik sareng gunung batu anu tarahal, sababara dinten kanggo ngajugjug Yatsrib? Naha henteu serah bongkokan baé? Oh Muhammad, sakali deui, naha pangeresa henteu serah bongkokan?

Naha pangeresa bet milih neraskeun risalah ku jalan hijrah ka Yatsrib?

Muhammad, haréwoskeun ka abdi, kahariwang sareng kasedihan naon nu kantos diraraoskeun ku pangeresa nalika nyumput di guha sareng Abu Bakar bari dikepung musuh.

Muhammad panutan abdi, kumaha waleran pangeresa nalika aya nu nganggap yén hijrah téh ngan ukur panglumpatan jeung kagagalan? Naha teu ngaraos kaganggu?

Muhammad, tungtun panangan abdi, naha pangeresa kantos ngaraos mangmang sareng putus asa nalika wengi-wengi anu tiis di padang-keusik ka Yatsrib?

Muhammad panutan abdi, rangkul abdi, haréwosan abdi, naha pangeresa kantos ngaraos was-was, kana bebeneran sareng jangjiNa nalika diparéntah ngantunkeun Mekah?
Muhammad panutan abdi, naha aya cisoca anu nyakclak nalika pangeresa nyawang Kabah ti katebihan saterasna ngantunkeun ka Yatsrib?

Muhammad panutan abdi, sateuacanna kumna jalmi percanten ka pengeresa, tapi sabada kénging wahyu pangeresa disangki gélo. Naha henteu handeueul pangeresa tos percanten ka AnjeunNa?

Muhammad panutan abdi, sarébu lima ratus taun parantos ngalangkung, naha aya cara sanés kanggo mikawanoh paraosan galura qolbu nalika angkat hijrah? Atik abdi, ya Rasul!

Muhammad panutan abdi, wartosan abdi ka mana abdi kedah hijrah? Sareng kanggo naon?

Padepokan Pakujajar, 1 Muharam 1435 H
Ki H Ihwan Natapradja


Saturday 2 November 2013

BAHASAN HIJAB - BAG -2

I. ARTI HIJAB 
Hijab adalah tabir yang menutupi mata dan hati sehingga menghalangi jalan untuk mencapai kenikmatan, karena barang siapa “yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan yang benar " (Q.S.-Al Isra, 7:72), ..maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(Q.S.-Al Haj, 22:46).

II. JENIS HIJAB
Hijab dapat menghalangi kemampuan dari pada
1. Mata
2. Telinga
3. Hati

Manusia yang terkena hijab sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an adalah:
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.(Q.S. Al Baqarah, 2:7-8). Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). 
(Q.S. Al Baqarah, 2:17-18)

Kesimpulannya: mereka yang terhijab mata, telinga dan hatinya, Allah jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS.-7:179). Bagi orang yang sudah terhijab baik mata, telinga dan hatinya sukar untuk diperingatkannya, karena Allah telah menguncinya, hanya dengan hidayah Allah s.w.t. saja mereka akan mendapatkan petunjuk seperti dijelaskan dalam ayat-ayat berikut ini:

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Allah) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat- Ku, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).(Q.S., Ar Rum, 30:53). Dan Aku adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Aku tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.(Q.S. Yasin, 36:9). Dan jikalau Aku menghendaki pastilah Aku hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya). (Q.S. Yasin, 36:66)

Bila hijab telah tersingkap maka terbukalah mata dan hatinya lalu manusia itu akan menemukan ketajaman tajali-nya. Apa tajali itu?

TAJALI adalah:
1. Manifestasi dalam bentuk rupa dan warna.
2. Manifestasi dalam perbuatan, tindakan dan kejadian.
3. Penzahiran dalam sifat. 
4. Penzahiran dzat.

(bersambung)
Sydney, 2 Nopember 2013.
Ki H. Dr. Ihwan Natapradja.


Wednesday 30 October 2013

HIJAB – Bag-1 Penghalang Kebahagiaan,

Firman Allah:
Aku akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)-Ku di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Yang menyaksikan segala sesuatu? (Q.S. Fussilat, 41:53).

Dalam penciptaan manusia, Allah memberikan tingkatan pemahaman yang bermacam-macam, seperti diungkapkan pada ayat di atas: “Aku akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)-Ku di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri”. Kekuasaan Allah diberikan kepada diri manusia tetapi pencerapan manusia bermacam-macam.

Kemudian Allah menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Allah menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S. As Sajdah, 32:9)

Macam-macam tingkatan pemahaman manusia itu antara lain:

1. AHLI MUSYAHADAH - adalah mereka yang membuat penyaksiannya yang menyimpulkan bahwa kemaujudan Allah dengan tanda-tanda dan segala ciptaannya.

2. KAUM SHIDIQIR - adalah orang yang tulus dan membenarkan secara sempurna.

3. ULAMA RASYIQIN - adalah orang yang mendalam ilmunya.

4. KAUM GHAFILUN - adalah orang yang lalai.

5. KAUM MAHGUBIN - adalah orang yang terhalang oleh tirai atau HIJAB.

Dari lima kelompok manusia tersebut di atas yang paling merugi adalah kelompok yang kelima, mereka itu orang yang terkena hijab yaitu kaum mahgubin, oleh karena itu mereka tidak dapat mencapai kenikmatan yang diberikan oleh Al Qur’an, maka masalah inilah yang akan dibahas pada bagian ini, mereka yang terhijab dan bagaimana Al Qur’an menjelasakannya, serta bagaimana menyingkakpan hijab tersebut. Penyingkapan hijab atau tabir disebut kasyf.

(BERSAMBUNG)
Sydney, 31 Oktober 2013.
Ki H. Dr. Ihwan Natapradja.


Saturday 26 October 2013

MELIHAT YANG GHAIB - Bag - 6 BENTUK PERUBAHAN HATI.


1, Hati yang bersih dan tenang.
Mereka adalah orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Allah kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (QS.92:5-7)
Mereka juga adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (QS-13:28). 

2. Hati yang penuh syahwat
Mereka adalah orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka mereka tidak dapat menjadi pemelihara atas dirinya? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu (QS-25:43-44). 
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan yaitu ketentuan Allah terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman (QS-36:7). 
Sesungguhnya bagi orang-orang kafir, sama saja baik diberi peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman (QS-2:6)

3. Hati yang bimbang antara kebaikan dan keburukan. 
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Allah akan melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (QS-6:125).
Jika Allah menolong seseorang, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkannya; jika Allah membiarkan tidak memberi pertolongan, maka siapakah gerangan yang dapat menolong selain dari pada Allah? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.(QS-3:160)

PENYEBAB MATINYA HATI. 
Delapan perkara yang menyebabkan kematian hati manusia: 

1. Telah mengenal Allah, tetapi tidak melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya. Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, (Q.S. ‘Abasa, 80:23) 

2. Telah membaca Al Qur’an, tetapi tidak mengamalkan ketentuan-ketentuannya. Firman Allah: Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la`nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (Q.S. Al Baqarah, -2:89) 

3. Cinta kepada Rasulullah , namun tidak menjalankan sunnahnya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Qur'an)". Al Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala ummat. (Q.S. Al An’am, 6:90)

 4. Takut mati, tapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar. (Q.S. Al Baqarah, 2:94)

 5. Bersekutu dengan setan, padahal dilarang oleh Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Q.S. Fatir, 35:6).

 6. Takut kepada neraka, namun mengerjakan amalan-amalan ahli neraka. (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al Baqarah-2:81).

7. Menyenangi syurga, namun tidak bebuat untuk meraihnya. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(Q.S. Ali Imran, 3:133). 

8. Bila bangun tidur selalu menyembunyikan aibnya, tetapi menyebar-luaskan aib orang lain. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Hujurat, 49:12).
Semoga bermanfaat!

Sydney, 27 Oktober 2013.
Ki H Dr. Ihwan Natapradja.


Thursday 24 October 2013

PITRAH = JADI DIRI.

BARAYA ROHIMAKUMULLAH!

Aya kaistiméwaan anu ku urang kudu dipiara sapanjang jaman. Taya sanés balikna diri urang kana pitrahna. Teu aya deui anu pantes pikeun disukuran ku urang, manggihan deui jati diri urang minangka hamba Alloh anu sabenerna. Lantaran urang aya dina pitrah, mangka urang bébas tina sagala dosa. Merenahkeun diri jeung kahirupan mémang diparéntahkeun ku Alloh SWT. Sakumaha anu kaunggel dina surat ar-Ruum ayat 30;

“Prak perenahkeun ku anjeun jiwa raga anjeun dina agama, kalawan condong kana bener. Éta téh minangka pitrah Alloh, anu Alloh parantos nyiptakeun manusa aya dina éta pitrah. Saeutik ogé moal aya parobahan kana ciptaan Alloh. Tah éta agama anu lempeng. Tapi kalolobaan manusa teu nyaraho”.

Kadeudeuh jeung kaasih Alloh bisa dikanyahokeun ku urang tina paréntah Alloh ka urang, sangkan urang merenahkeun diri dina agama, nyaéta Islam. Éta téh minangka jaminan ti Alloh, yén kahirupan manusa bakal tinemu jeung kasalametan tur karaharjaan, asal Islam tetep jadi cecekelan jeung papagon dina kahirupan. Sawangsulna, mun sakadar dijadikeun papaés carita jeung rarangkén biwir, tegesna ngan diaku jeung diomongkeun, teu aya karep pikeun ngalarapkeun jeung ngajadikeun papagon dina kahirupan, mangka kahirupan urang baris pinuh ku pirang-pirang rereged jeung kasangsaraan batin, bakal karasa jeung katara dina kahirupan.

Saperti jaman kiwari, bangsa urang tacan bisa menyat jeung jauh tina kasangsaraan, kakacowan jeung ruksakna sagala widang, pasti alatan agama geus teu aya buktina dina kahirupan anu nyata. Bangsa jeung nagara teu diatur ku aturan ti Nu Maha Kawasa.

BARAYA Rohimakumulloh!
Dina mungkas ayat tadi, Alloh nguningakeun, yén kalolobaan manusa teu ngarti kana ajaran agama Islam. Tegesna, di kalangan ummat Islam ogé masih loba anu bodo kana ajaranana. Leuheung teu ngalaksanakeun ajaran Islam téh alatan kabodoanana kana ajaran, tapi aya di antarana anu teu sapagodos, malah nampik kana ajaran Islam, lantaran kanyahona anu kaliru ngeunaan Islam.

Kiwari aya golongan anu katelah Jaringan Islam Liberal (JIL) anu hayang ngoréksi kana ajaran Islam, cendekiawan anu ngahalang-halang nanjeurna ajaran Islam tur ngahalangan anu bajoang pikeun nanjeurkeun ajaran Islam. Meujeuhna, di Indonesia mah kuduna mungpang-meungpeung, presidénna Muslim, loba pajabatna ulama jeung cendekiawan Muslim, pantesna mah ngamangpaatkeun jabatanana pikeun ngabuktikeun benerna ajaran Islam, minangka ajaran ti Nu Maha Kawasa. Puguh baé sangkan dilarapkeun jadi aturan hirup dina kahirupan “berbangsa” jeung “bernegara”.

Lamun ajaran Islam geus teu dipaké pikeun ngaréngsékeun rupaning pasualan jeung karuksakan bangsa, nasib bangsa urang palangsiang bakal sarua jeung nasib bangsa-bangsa jaman baheula. Dina jaman para Nabi-nabi Alloh, saperti kaom Tsamud, kaom ‘Ad, Ashabul ‘Aikah jeung sabangsana. Malah sabangsaning Fir’aun, Haman jeung Qorun. Teu kurang majuna bangsa Tsamud dina widang téknologi pangwangunan, tatanén jeung sajabana. Teu kurang majuna kaom ‘Ad din widang industri. Malah teu kurang gagah jeung kuatna Fir’aun, Hamman jeung Qorun. kumaha ahir kahirupan maranéhna? Teu aya saurang ogé anu jamuga. Kabéh diludeskeun ku Alloh alatan teu maké ajaran Alloh.

Sakurang-kurangna mun teu diludeskeun ku Alloh saperti kaom-kaom baheula, mangka pasualan hirup anu disebut krisis téa, tangtu bakal dilanggengkeun ku Alloh. Bonganna ngabalieur tina al-Quran. Jiga anu disaurkeun ku Alloh SWT dina surat Thoha, ayat 124.

“Sing saha jalma anu ngabalieur tina pépéling Kaula, mangka pikeun maranéhna bakal ngalaman kahirupan anu heureut”.

BARAYA Rohimakumulloh!

Allah ngadawuh:
“Jeung sing inget nalika Robb anjeun ngaluarkeun katurunan Adam tina sulbi aranjeunna, tuluy Alloh ngayakeun persaksian jeung maranéhna. Alloh naros; “Naha Kaula téh lain Robb aranjeun? Maranéhanana ngajawab: “Leres pisan Anjeun téh Rob abdi sadaya, jeung kami sanggup jadi saksi. Tah kitu Kami ngayakeun perjangjian kitu téh sangkan aranjeun engké dina poé kiamah teu ngaromong, “Kami mah jalma-jalma anu lali kana ieu kanyataan”.

Alloh ngabéjakeun ka urang sadaya, yén urang téh kungsi nyaksian Alloh minangka Robb anu teu dua teu tilu, éstu ngan hiji-hijina. Lain saukur nyaksian, tapi urang ogé ngikrarkeun kana éta persaksian. Tapi teu aya saurang ogé anu inget kana perjangjian jeung kasaksian tadi. Alloh ngingetan deui ka urang, yén urang téh kungsi ngikrarkeun tauhid di alam rahim, ngaliwatan para nabi katut para Rosul-Na. Saban Rosul jeung nabi, sakabéhna ngajak ka manusa, sangkan ibadah ka Alloh, nyarék ibadah ka salian ti Alloh. Éta téh mangrupakeun pépéling susulan sangkan urang ngabuktikeun kana sagala anu kungsi ku urang diikrarkeun. Nyaeta tauhidulloh.

Jalaran kitu, ‘Idul hayu urang sadaya balik kana tauhidulloh. Minangka lambang jeung bukti ayana paréntah kudu balik kana tauhid. Naha tauhid nu kungsi diikrarkeun di alam rahim téh bakal lana dipibanda ku manusa? Gumantung kana lingkungan manusa hirup. Mun urang hirup di lingkungan anu bisa ngamumulé tauhid, mangka tauhid urang bakal lana kapiara salila hirup di alam dunya. Tapi lamun hirupna di lingkung ku nu pamohalan tauhidna bakal kapiara, malah anu puguh mah bakal ngaruksak, mangka tauhidna ogé bakal leungit tina dirina.

Jalaran kitu, Rosululloh SAW maparin tungtunan ngaliwatan hadisna, anu diriwayatkeun ku imam Bukhori katut Imam Muslim, katampi ti sahabat Abu Huraéroh, Rosul ngadawuh, unggelna;

“Sakabéh anu dilahirkeun, mangka dilahirkeunana aya dina pitrah, gumantung indung bapana, naha rék di Yahudikeun, di Nashronikeun jeung di Majusikeun”.

Katahudian urang ka Alloh, naha bakal kapiara ku ruang dina mangsa nu bakal datang? Gumantung kana lingkungan hirup anu ku urang dilakonan. Mun lingkungan urang, masih kénéh pinuh ku pirang-pirang kamusrikan, kama’siatan jeung kalakuan anu jauh tina papagon agama, mangka pitrah urang anu geus dipibanda dina poé ieu tinangtu bakal leungit deui.

Jalaran kitu, sangkan pitrah urang tetep kapulasara, tur urang ogé aya dina lingkungan anu bébas tina dosa, tangtu urang kudu nyiptakeun lingkungan anu hadé, anu bisa miara tauhid jeung salila hirup teu leupas tina pitrah. Anu boga tanggung jawab pikeun nyiptakeun lingkungan beresih tina sagala rupa kamusrikan jeung kakapiran, taya lian urang sorangan. Ku ayana kitu kitu, dimimitian dina poé ayeuna, hayu urang singkil saréréa ngaberesihkeun lingkungan urang tina kokotor aqidah jeung ibadah, jauhan kamusrikan jeung pabid’ahan.

Baraya Rohimakumulloh!
Dina hadits tadi, Rosululoh SAW nyebat tilu rupa agama anu geus méngpar tina katauhidan. Nyaéta Yahudi, Nasroni jeung Majusi. Yahudi langkung ti payun ku Rosul disebatna. Ieu nuduhkeun yén Yahudi téh bibitna kamusrikan. Yahudi geus kumawani ngarobah ajaran agama para nabi Alloh tina ajaran tauhid jadi ajaran syirik. Nya kitu deu Rosululloh SAW nempatkeun Yahudi dina nomor hiji minangka musuh Alloh, Rosul jeung ummatna. Yahudi kiwari geus lain bangsa, tapi geus jadi ajaran anu boga pangaruh kuat. Dina widang aqidah, Yahudi ngayakeun tarékah sangkan ummat Muhammad méngpar tina tauhid. Yahudi anu nyiptakeun ajaran yén barang paéh, atawa manusa anu geus maot bisa méré mangpaat jeung madlorot. Yahudi ogé miara jeung ngagedékeun padukunan, élmu sihir jeung pirang-pirang khuropat séjénna. Dina widang ibadah, Yahudi nyiptakeun cara ibadah ka Alloh anu rupa-rupa. Sakurang-kurangna Yahudi anu melak karaguan ummat kana bener jeung kuduna nuturkeun Rosul dina urusan ibadah.

Balukarna tina pirang-pirang upacara jeung cara bid’ah leuwih mahabu di kalangan umat Islam. Dina widang kabudayaan, Yahudi mintonkeun pirang-pirang modél pakéan jeung dahareun, sangkan dituturkeun jeung ditarurutan ku umat Islam. Utamana kaom ibu. Balukarna loba pisan cara hirup umat Islam anu jauh tina tungtunan sunnah Rosul.

Dina cara dahar, nginum, papakéan, cara jeung upacara kawinan, resepsi, gaya di rumah tangga, di masyarakat, malah kaasup basa anu dipaké teu leupas tina pangaruh Yahudi. Jalaran kitu, ti mimiti ayeuna hayu urang ngamimitian merangan pangaruh Yahudi anu baris ngaruksak kana pitrah urang.

Demi Yahudi kiwari geus lain mangrupa bangsa, tapi geus jadi ajaran. Mangka teu pamohalan di nagara urang ogé geus loba umat Islam, boh kiaina, ustadna, santrina jeung cendekiawanna anu geus kapangaruhan ku Yahudi. Jalma anu teu boga kawani pikeun ngutuk Yahudi, tapi cukup ku nyieun jarak nétral ka Yahudi bisa disakompét daunkeun jeung bisa dituding anték-anték Yahudi. Sabab pikeun ummat Islam anu tulén, dina sikepna ka Yahudi, tangtu bakal nuturkeun sikep Rosululloh SAW. Teu aya kaom anu ditibanan la’nat jeung bebendon ku Alloh iwal ti Yahudi. Jalaran kitu, geus sapantesna pikeun urang ngala’nat kana sagala kalakuan Yahudi anu telenges.

Baraya Rohimakumulloh!
Sangkan pitrah urang kapiara, teu aya deui carana kajaba urang kudu wani ngajauhan sagala rupa ajaran Yahudi. Di antarana babad sagala rupa jeung wanda kamusrikan, pabid’ahan jeung pirang-pirang kamungkaran séjénna. Mugia Alloh, maparin kakuatan ka urang pikeun miara pitrah urang sadaya.***
Amin.

Sydney, 25 Oktober 2013.
Ki H. Dr. Ihwan Natapradja.